Jumat, 01 April 2016

MEA



Dinilai Minim Ketrampilan, Pekerja RI Sulit Bersaing di MEA

Liputan6.com, Jakarta Anggota DPR RI Komisi IX, Rieke Dyah Pitaloka ‎menyatakan, tenaga kerja Indonesia belum siap menghadapi, bahkan bersaing dengan negara-negara ASEAN, termasuk 6 negara lain di luar kawasan Asia Tenggara, yakni Australia, Selandia Baru, Jepang, Korea Selatan, China dan India di pasar bebas ASEAN. Alasannya, karena pekerja Indonesia "miskin" keterampilan.

"Pekerja Indonesia belum siap menghadapi MEA‎, karena bersaing dengan negara ASEAN masih jauh tertinggal dari segi ekonomi dan hal lainnya, seperti India dan China saja jumlah penduduknya di atas kita," ujar Rieke dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (10/1/2016).

Politikus dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini menegaskan, dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tak ada lagi sekat atau jarak dalam hal apapun termasuk ketenagakerjaan. Namun Rieke menyayangkan, pemerintah dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja hanya mampu menyelesaikan masalah ketenagakerjaan dengan cara "loncat pagar".

"Di pasar bebas ASEAN kan bukan cuma modal, barang dan jasa yang bebas keluar masuk, tapi juga tenaga kerjanya bisa pindah-pindah negara dengan mudah," ucapnya.

Rieke menyoroti prioritas tenaga kerja di era MEA adalah keterampilan. Sayangnya, ‎mayoritas tenaga kerja Indonesia, sambungnya, merupakan pekerja yang tidak termasuk tenaga kerja yang terampil.

Kondisi ini dibuktikan dengan datanya, sebanyak 70 persen buruh migran yang bekerja di luar negeri adalah pekerja rumah tangga. Paling dominan 80 persen adalah perempuan yang masuk dalam wilayah kerja 3D (dirty, danger, and difficult) sehingga hampir setiap bulan, jasad pekerja wanita asal Indonesia pulang dalam keadaan tidak bernapas lagi.

"Ketika saya tanya kenapa jadi TKI di luar negeri dengan gaji cuma Rp 3 juta-Rp 4 juta? Mayoritas menjawab karena faktor kemiskinan dan terpaksa. Ternyata sudah banyak terjadi kemiskinan secara struktural yang disadar atau tidak berlangsung sistematis," terangnya.

Pemerintah, diminta Rieke, untuk membuka peluang sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia mencari nafkah di kawasan-kawasan industri ‎supaya mereka tidak terbang ke negara lain hanya untuk bekerja. "Kalau seperti ini terus, Indonesia hanya akan menjadi pusat buruh upah murah bagi negara-negara lain," tegas Rieke. (Fik/Zul)

Sumber :
 

Comment :


I think it's important to increase in labor skills Indonesia if Indonesia wants to compete with the countries of ASEAN, in the ASEAN free market. Because on the free market ASEAN is not only the capital, goods and services in and out freely,but also labor can move countries easily, so that the priority of labor in the MEA is a skill. Unfortunately in Indonesia, the majority of the workforce is less skilled. With a lack of skills, workforce Indonesia often go earn a living abroad as domestic workers because of poverty and perforce.

Skills are important, but other than skill, Indonesian also need to make such preparations setting up the infrastructure, set up policies that make it easier to invest, provide good service to foreign investors and facilitate information. Governments need to seek for improvement of infrastructure in order to support the creation of society MEA. Therefore the government must open the opportunity for the public to be able to make a living in Indonesia so that they no longer fly to another country just to work such as reducing unemployment by creating jobs, and conduct workforce training to improve the skills to compete in the MEA.

Awareness of all walks of life here is also very necessary. This awareness can be established by means of socializing MEA. And also to be distributed at the stage of school education, so that students are able to understand the importance of MEA so that they can participate to realize the Asean Economic Community. Basically the involvement of all parties in order to accelerate the achievement of the readiness of the Indonesian people to play an active role in the MEA.