Kamis, 29 November 2012

Manusia dan Harapan


Manusia dan Harapan

Harapan hampir mirip dengan cita-cita, hanya saja biasanya cita-cita itu adalah sesuatu yang diinginkan setinggi-tingginya, sedangkan harapan itu tidak terlalu muluk. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing, Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil, karena seseorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan”.

Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, misalnya saya mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi jika tidak ada usaha, tidak pernah hadir kuliah, bahkan tidak pernah belajar maka, bagaimana dapat memperoleh nilai A mungkin untuk lulus pun tidak akan bisa. Agar harapan dapat terwujud, maka perlu usaha yang sungguh-sungguh.

Kerja keras seseorang dapat di jadikan ukuran untuk menentukan sebuah harapan, karena orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar pula. Selain bekerja keras juga harus disertai dengan bantuan unsur dalam yaitu berdoa. Mungkin kita dapat merubah masa depan bangsa ini dari pemimpinnya baru ke bawah, atau kita sendirilah yang dapat merubah masa depan bangsa ini.

Seperti di agama Islam yang mengatakan bahwa Sholat adalah tiang agama, kalau kita masih berbuat maksiat maka dapat kita lihat bahwa sholat kita belum sepenuhnya benar. Jadi, apabila kita lihat dari banyaknya masalah di Negara Indonesia ini maka kita dapat simpulkan bahwa kita sendirilah dan para pemimpin kita yang belum menjalankan kewajibannya secara benar, sehingga Tuhan Yang Maha Esa memberi kita "sentilan" agar kita semua sadar apa yang telah kita perbuat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar